Minggu, 08 Oktober 2017

JADI TEMPAT RAPAT ROH JAHAT


Keterangan: Foto ilustrasi saja

"MA... soto itu dibuang saja," ujar Andre sore itu. Dewi tentu saja kaget. Soto ayam masih sepanci, dan baru dibuatnya pagi tadi. Sekarang anaknya dengan wajah serius meminta membuangnya. Ada apa?

"Tadi aku lihat Arek'e obok-obok... Aku ngga mau makan itu, jijik...," sambung Andre. Yang dimaksud "Arek'e" (anaknya) adalah "teman" Andre dari dunia roh halus.

Halah... hari gini masih ada roh halus? Ya sudah, kalau ngga percaya, stop baca sampai di sini. Tapi kalau percaya, yuk dengar kisah-kisah lain dari Andre, anak usia belasan yang bisa melihat "dunia lain".

Tapi ada baiknya aku selesaikan dulu cerita soto diobok-obok itu. Akhirnya, si mama memang menuruti kata Andre. Soto ayam dibuang, dan ia menyiapkan masakan baru untuk makan malam nanti.

"Makanya Ma..., makanan mesti ditutup. Kalau ditutup, Arek'e ngga bisa obok-obok. Tadi sudah aku tegur... tapi tertawa saja dianya..."

Siapa Arek'e? Dia pribadi kecil yang bersahabat dengan Andre. Dia enggan kumpul dengan pribadi-pribadi serupa yang suka jahat dengan manusia. Waktu Dewi menceritakan ini, aku membayangkan seperti Casper. Tapi Dewi bilang, bukan Casper-casper amat lah...

PINDAH RUMAH

Andre sendiri sejak kecil punya kelebihan bisa melihat dunia lain. Tapi ia mengaku, tak terlalu menyukai kelebihannya itu. Ia lebih sering hanya melihat dengan sudut matanya saja sebab semua itu sungguh mengerikan. Sejatinya, ia tak suka bisa melihat yang seperti itu.

Andre rupanya punya bakat turunan. Neneknya, juga bisa melihat, tapi cenderung diam atas kelebihannya itu. Ibunya hanya dapat cerita-cerita serem dari kakak-kakaknya. Tapi dia sendiri tidak bisa "melihat".

Saat mereka tinggal di Rungkut Harapan, halaman belakang rumahnya jadi tempat berkumpul roh halus. "Tempat rapat...," kata Andre.

Dan kebetulan, mereka adalah roh-roh jahat. Itu menurut Arek'e. Oleh sebab itu, dia menyarankan menjual saja rumah itu, dan pindah ke lain tempat.

Awalnya, Dewi kurang meyakini. Tapi lama kelamaan karena Andre terus mendesak, mereka melakukannya. Rumah dijual, dan pindah ke daerah Semolowaru. Dia pikir, dengan begitu selesailah hubungan dengan roh halus.

Ternyata Arek'e ikut. Memang di tempat baru relatif bersih. Apa boleh buat, kalau cuma si kecil itu, biarlah. Paling hanya gangguan-gangguan kecil yang dilakukan... Benarkah begitu? Nanti dulu...

Suatu ketika, Dewi ditagih langganan pulsa. Keluarga ini memang biasa beli pulsa, nanti bayarnya di akhir bulan. Ia agak kaget karena tagihan kali ini tidak seperti biasanya. Maka dilakukan check and recheck.

Ada dua kali SMS masuk ke tukang pulsa dengan nominal 100K. Di luar kebiasaan. Biasa paling banter mereka minta 25K.

"Wah... pasti ini ulah Arek'e," kata si Andre sambil uring-uringan...

Lain waktu, ada saudara dari Jakarta yang menginap di keluarga ini. Waktu pulang, belum sampai Bandara Juanda, dia telepon menanyakan apakah smartphone-nya tertinggal di sana. Dewi berusaha mencari, dan tidak berhasil menemukan.

Waktu Andre ditanya, juga menggeleng. Namun segera anak ini ingat kelakuan Arek'e. Maka dicarilah si Casper ini. Singkat cerita, setelah main interogasi segala, mengakulah Arek'e telah mengambil smartphone tadi. Ia sembunyikan di antara springbed.

"Pantes... dari tadi dibel ngga terdengar suaranya," gumam Dewi, setelah dengan susah payah mengangkat kasur dan menemukan smartphone tergeletak di sana.

Penasaran dengan cerita ini? Awalnya Dewi pun demikian. Dia pikir anaknya berkhayal. Sampai suatu ketika saat ia mengantar sekolah menggunakan sepeda motor. Ia mengingatkan Andre agar jangan goyang-goyang terus. Andre pun menjawab... "Bukan aku, Ma. Arek'e iki lho..."

Awalnya Dewi setengah-setengah ngga percaya. Tapi lama-kelamaan ia bisa membedakan apakah yang di belakang itu Andre sendirian atau Arek'e ikut serta.

"Dari beratnya... dan pokoknya kalau Arek'e ikut, suka goyang-goyang..." ujar Dewi.

Ia sendiri tidak pernah melihat, dan tidak mau bisa melihat. Biarkan Andre saja, yang ia yakini dengan bertambahnya usia kemampuan itu akan sirna. Benarkah begitu? (7:10:17)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar