Sabtu, 27 Mei 2017

MUTIARA QURAN


Carilah keuntungan kawan, carilah untuk dunia dan akhirat. Jangan hanya mengejar keuntungan di dunia, dan lupa akhirat. Kau akan merugi karenanya. Allah berfirman,
"Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat, akan Kami tambah keuntungan itu baginya, dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat." QS Ash-Shūraá: 20

Selasa, 09 Mei 2017

KULINER: MIE JOGJA DEPAN KUBURAN



KOTA Jogja tak bisa lepas dari seni. Produk apapun yang dikaitkan dengan seni, bakalan laris manis. Demikian pula halnya jualan aneka mie Jogja yang di-branded sebagai "Bakmi Jowo Mbah Gito".

Menempati persil di daerah Peleman, persis di depan kuburan, warung bakmi ini nyaris tidak pernah sepi, khususnya di waktu malam.

Bangunan berlantai dua itu didominan kayu, termasuk kayu gelondongan yang sudah mengering. Nyeni habis deh, apalagi dengan lampu jenis warm light yang menerangi secara temaram.

Bagaimana soal rasa? Lumayan, not so bad! Paling tidak inilah mie Jogja yang asli Jogja. Memasaknya masih pakai arang, yang konon bisa menambah kesedapan kudapan.

Kalau ada yang kurang pas, kecepatan penyajiannya. Kami ber-12 harus menunggu hampir satu jam. Untungnya, kita datang untuk ngobrol. Juga melihat-lihat keunikan ruangan. Beberapa teman malah selfie.

Mata aku justru ke arah makam yang ada di depan. Asyik juga nih usaha, pikirku. Konon buka usaha menghadap makam bisa jiong, sial gitu loh. Tapi yang ini justru laris manis.

Kali pemiliknya ngga percaya tuh jiong-jiongan. Bukankah itu bukan budaya lokal? (Yuleng Ben Tallar)

Foto: Suasana di lantai 2, semuanya serba kayu.

Rabu, 03 Mei 2017

YUMMY NYARIS TERLUPAKAN



BAK BERTEMU PACAR LAMA

BERTEMU pacar lama tentu menyenangkan. Dan kemarin aku tak sengaja jumpa kembali dengan rumah makan favorit setelah terlupakan sepuluhan tahun! Rasanya, beda-beda dikit ama bertemu pacar lama lho.

Siang itu aku lapar, dan mesti makan di luar sebab di rumah ngga ada penganan. Maklum, istri beberapa hari ini dinas ke luar kota. Mulailah aku mencari-cari lokasi makan di seputaran Surabaya timur.

Awalnya mau ke Pawon Cabe di dekat kompleks Araya. Selain tempat parkirnya luas (dan teduh), masakan khas nusantaranya okay. Biasanya aku pilih pecel terong, jangan asem, dan ayam goreng.

Tapi rasanya koq makin menjauhi rumah ya, padahal setelah makan aku ingin segera balik. Lalu pikiranku beralih ke rumah makan lainnya, di dekat SPBU Manyar Kertoarjo. Terbayang lauk-pauknya yang standar, gitu-gitu aja. Aku memang baru dua kali ke sana, dapatnya cuma sekadar kenyang. Kurang ada yang istimewa.

Aku beralih lebih ke barat, di kawasan Bonnet. Banyak perubahan di daerah ini, misalnya, SPBU menjadi gerai McDo. Sementara swalayan Bonnet membelah dirinya menjadi hotel dan swalayan. Dulu aku sering makan rujak cingur di teras lantai dua, sambil melihat lalu lalang kendaraan. Sayangnya Resto itu sudah lama tutup.

Agak ke utara dari Bonnet, ada rumah makan *6*, yang juga pernah jadi favoritku. Sampai suatu ketika saat aku pesan nasi goreng ayam, pelayannya bilang, "mengandung babi lho Pak..." Hah! Langsung aku ngacrit, dan selamat tinggal untuk selamanya.

Di kaki lima seberang swalayan Bonnet juga ada mie Ujungpandang, buka di waktu malam. Aku berhenti mengudap di tempat itu gara-gara melihat telenan dan pisau untuk memotong daging ayam dan daging babi adalah alat yang sama.

Siang itu aku mengambil jalan belok ke kiri setelah melalui swalayan Bonnet. Tak jauh dari belokan, ada rumah makan Mutiara. Itulah tujuanku sekarang.

Saat berjalan perlahan itulah memoriku kembali ke masa sepuluh tahunan lampau. Rasanya dulu aku sering lewat sini, tapi bukan ke Mutiara. Kemana ya?

'Bingo!' Akhirnya aku ingat. Ya... aku sering belok kanan, dan di tengah-tengah sana ada rumah makan kecil bernama Yummy. Langsung aja aku berminat ke sana, semoga masih ada.

Aku harus berjalan perlahan karena tepi kanan-kiri padat dengan mobil parkir. Ada beberapa rumah makan baru. Sementara aku lupa letak persis Yummy ada di mana.

Benar saja, Yummy nyaris terlewatkan. Aku mundur beberapa meter, dan parkir persis di pintu masuknya. Kebetulan ada tempat kosong, dan itu cukup untuk satu mobil.

Ketika melihat buku menunya, masih seperti yang dahulu. Biasanya aku makan nasi udang, atau nasi goreng, atau iga penyet. Kali ini tidak mungkin aku pesan ketiganya! Aku pilih nasi goreng, yang alasnya terbuat dari pangsit goreng, dan bisa dimakan.

Ketika pelayan masuk, keinginanku berubah. Aku panggil dia. "Ganti iga penyet aja ya..." Tak terlalu lama menunggu, pesanan segera tersaji. Tiga potong daging iga digoreng, ditaruh di atas sambal tomat pedas sedang.

Hanya sempat mengucapkan Basmalah, langsung saja aku sikat habis tanpa lihat kiri kanan. Lupa mengabadikan terlebih dahulu --jadi maklumlah kalau fotonya iga yang tersisa.

Lain kali aku akan kembali untuk nasi goreng atau nasi udang, ujarku kepada mbak kasir --yang ternyata masih ingat dengan aku.

Dalam perjalanan pulang, aku flash back pengalaman barusan. Mengapa aku bisa lupa sama sekali dengan Yummy? Padahal dulu sering banget maksi di sini, baik sendirian maupun dengan teman-teman kantor.

Benar-benar seperti lupa akan pacar lama, dan ketika bertemu sempatlah berbinar-binar. Aku berkendara sambil tersenyum, dalam hati aku menggerutu sendiri, lha rumah makan koq disamakan dengan pacar lama... (Yuleng Ben Tallar)

Selasa, 02 Mei 2017

CUCU PEREMPUAN



DULU banget, aku pingin sekali punya adik perempuan. Ternyata tidak kesampaian.

Namun alhamdulillah, anakku laki dan perempuan. Cucuku pun demikian, laki dan perempuan.

Yang laki dari si bungsu perempuan, dan yang perempuan dari si sulung laki. Bingung? Tidaklah, semuanya Allah yang mengatur.

Sayangnya, amecu (anak-menantu-cucu) tinggal di kota terpisah. Si kakak di Pekanbaru, si adik di Depok.

Namun tak menjadi masalah karena kita bisa tetap berkomunikasi setiap waktu. Anggap saja mereka di kamar sebelah, dan kita bicara lewat intercom.

Kadang kita perlu berjumpa, seperti pekan lalu. Falisha bersama ayah bundanya terbang dari Pekanbaru ke Bandung. Kami pun menyusul ke Kota Kembang.

Yang membuat surprise, Isha yang kini berusia 12 tahun dan duduk di kelas-7, sebentar lagi menjadi gadis remaja. Tak terbayang gadis mungilku kelak menginjak masa terindah dalam kehidupannya.

Walau perjumpaan kami hanya sesaat, namun melepas rindu yang terpendam. Isha dan aku tampak gembira dalam kebersamaan, persis di hari ulang tahunnya. Happy birthday Isha... (02:05:17)