Kamis, 16 November 2017

HOTEL GAYA AIRPORT, NO GRAB!


Keterangan Foto: Gayaku ketika terima telepon... serius banget ich


ANEH! Ketika setting undang Grab di lobi hotel, alamat tujuanku tak bisa muncul! Aku akan move on ke Dynasty Resort Hotel. Aku coba tempat-tempat di dekatnya, juga tak bisa. Bahkan Discovery yang begitu kondang, sama saja... tak muncul di searching tujuan.

Padahal tadi semasih di kamar, dengan mudah aku mendapatkan alamat tujuan. Tapi itu tiga jam lampau ketika aku iseng mencoba apakah application Grab berfungsi di sini. Sekarang nyaris now way.

Untung aku cepat berpikir. Dugaanku, ada yang ngerjain sistem. Entah bagaimana caranya, buktinya aku tidak bisa mendapatkan alamat tujuan manapun di Bali. Dan sudah dicoba berkali-kali. Kalau ini kerjaan manusia, pasti ada celah yang mereka lupa. Akupun coba ikut ngerjain...

Aku searching untuk kolom PENJEMPUTAN: Dynasty. Baru deh muncul. Segera aku pasang "bintang", artinya tersimpan dalam memori. Baru aku kembali ke setting undang Grab seperti langkah semula. Aku dengan mudah menemukan Dynasty pada memori dan memasangnya ke kolom TUJUAN. Bingo! Sistem bekerja.

Beberapa menit kemudian, driver telepon. "Tolong Bapak siap di lobby, dan nanti kalau ditanya, bapak bilang dijemput saudara." Segera makfum, maka aku jawab, nanti Anda langsung salami saya. Pokoknya kita seolah sudah kenal lama...

Toh aku penasaran juga, cukup lama mobil tak segera muncul. Dari layar monitor, kendaraan itu berhenti di entrance hotel. Saya menghindari menatap layar lama-lama, khawatir petugas hotel curiga. Makanya foto-fotoan ama wifi eh wife...

Tadi salah satu di antara mereka menawarkan taksi (hotel), dan dengan halus kutolak. Kini mereka berlima siap menunggu kendaraan yang akan menjemputku. Setelah cukup lama, barulah Avanza Silver tampak mendaki dari kejauhan. Kami pun bersiap.

Seorang petugas hotel segera mengambil alih koperku, lainnya bersiap-siap membukakan pintu. Seorang pemuda turun dari balik kemudi dan membuka pintu bagasi. Sebelum pintu itu benar-benar terbuka, aku sudah mengulurkan tangan. Dia tersenyum lebar menyambut salamku.

Kemudian istriku --yang pemain watak juga rupanya-- mengulurkan tangannya. Kami sempat chas chis chus sambil masuk mobil. Aku tengok sejenak para petugas hotel kembali ke tempatnya semula.

Well... apa yang terjadi? "Maaf, Pak... tadi lama di gate masuk. Satpam tanya macam-macam. Bahkan mereka minta tunjukkan HP dan memeriksanya. Untung saya ada dua, yang saya berikan yang tidak ada aplikasi Grab..."

Wah... ngga ada etika itu, ujarku. Walaupun saya bisa naik taksi hotel, tidak baik menghalangi rezeki orang. Toh mereka sudah dapat sangat banyak dari pembayaran sewa kamar, hormatilah tamu yang akan memilih tumpangannya. Aku ikut uring-uringan, dan istriku mencoba meredakan dengan mengelus punggungku...

"Tidak semua hotel seperti ini, Pak," ujar Arief, anak Magelang yang baru dua tahun ngegrab di Bali. "Dynasty Resort aman-aman saja walau mereka juga punya taksi hotel," tambahnya.

"Kami biasanya mengaku dari travel, dan saya beruntung dapat tamu seperti Bapak yang mengerti persoalan sehingga tadi di lobby semuanya lancar. Kalau mereka curiga, di gate bisa-bisa dihentikan dan diusut lagi."

SEWA 25 JUTA/TAHUN

Dari Arief aku dapat banyak cerita tentang liku-liku Kuta sekarang. Sebenarnya, dusun bekas kampung nelayan yang miskin dan gersang ini (1969) sudah sejak lama aku kuasai seluk beluknya.

Aku nongkrong di Warung Made (1980) hampir setiap malam minggu. Juga jalan-jalan ke gang-gang kecil di belakangnya. Hafal banget bau asap "The Green", atau makfum jika orang menyebut mushrooms. Masih ketemu fleamarket, dan menginap di homestay pakai kipas angin. Yang AC-an cuma Inna hotel di tepi pantai sana.

Sekarang, kata Arief, ada kios yang disewakan 25 juta per tahun. Padahal ukurannya cuma 1 X 1 meter! Orang Madura pemiliknya, Pak. Mereka pintar cari uang...

Tanpa terasa mobil sudah belok kanan meninggalkan main road Kuta. Kami menelusuri jalan kecil menuju Dynasty Resort. Rasanya belum cukup tadi kami mengobrol.

Maka saat akan berpisah, aku bilang, "Bung Arief, besok siang kita ke Jimbaran ya. Saya ingin beli ikan segar, dan minta dimasakkan di sana. Nanti kamu ikut makan bersama kami," ujarku.

"Siap Ndan!" ujarnya tegas. Petugas hotel sampai ikut-ikutan, "Boleh saya bawakan kopernya, Ndan... Silahkan..." (16:11:71)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar