Senin, 27 November 2017

ESSAI: BAYANG KERINDUAN



PETANG ini aku sendirian di rumah. Hujan baru saja reda meninggalkan dingin yang membuat tubuhku menggigil.

Tiba-tiba aku merindukan Marce Marconna. Gadis berambut lurus tebal dengan panjang sedikit melebihi bahu itu, beberapa kali masuk dalam kehidupanku.

Kenapa lagi kau Marce? Aku sadar dia ada di alam khayalku. Tapi setiap kali gadis cantik setinggi 174 cm itu muncul, aku menganggap ia berada di alam nyataku.

Aku ingat malam itu ia berjalan menuju Cafe Medina. Hanya karena ia ingin mencicipi masakan Timur Tengah. Senyampang berada di negeri itu, mengapa tak mencoba sesuatu yang lokal, pikirnya.

Ia menikmati "Mediterranean Frittata" yang konon menu favorit di resto itu. Bahan utamanya daging cacah, irisan tipis bacon, kentang, tomat dan telur. Sedang bahan tambahannya bawang merah, bawang putih, bubuk basil dan buah zaitun hitam. Cara memasaknya dengan dipanggang menggunakan minyak zaitun.

Marce yang selama di Madinah selalu makan masakan Indonesia, malam itu benar-benar menikmati masakan yang terhidang di hadapannya. Terlebih makanan pembuka tak kalah lezatnya.

Mereka menamai "watercress and orange salad." Selada air yang dirajang, apokad dipotong kotak-kotak, jeruk manis yang sudah terkupas rapi, tomat cherry yang dipotong separo, sedikit lombok merah, dan daging cincang. Dressing-nya adonan beraroma jeruk orange. Sesuatu banget...

Marce Marconna tak bisa melupakan malam indah itu. Ia baru pulang saat waktu menjelang dini hari. Maunya sih, ia berlama-lama ngobrol di situ sambil mendengar alunan sitar yang dimainkan perlahan.

Duh Marce... kisahmu ini pelepas rinduku. Sungguh aku rasakan getaran jiwamu. Kendati kau merasa senang malam itu, ada secercah sedih di relung terdalam hatimu. Kutahu kau tak ingin semua orang tahu. Mungkin itulah yang membuat kau mengundangku dalam kehidupan khayalmu. (27:11:17)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar