Minggu, 24 Juni 2018

SAMBUNG SILATURAHIM, INGAT SEKAMAR SAAT HAJI 1996


SALING kunjung terus berlanjut. Kemarin, tak disangka kedatangan teman lama. Mbak Marmi dan Mas Wiyasin. Bagiku, mereka "bukan orang lain".

Kami sekamar waktu berhaji 1996. Bersama Cak Dar Darmantoko. Juga beberapa lainnya. Maklum zaman itu. Sekamar sepuluh orang. Tetap Alhamdulillah.

Yang aku salut, dalam usia 78, masih sehat dan penuh semangat. Bicaranya penuh gairah. Daya ingat ke masa lalu, masih sangat bagus. Bahkan, ini kali kedua datang. Setelah kemarinnya, menjumpai aku tidur. Istriku dinas ke Ngawi.

Mas Wiyasin dulu di Kantor Humas Pemda Tk. I Jawa Timur. Mbak Marmi teman sekantor aku. Tahun 70-an awal. Di Kantor Berita Antara. Yang kantornya di Jl. Pahlawan. Gedung heritage. Yang fotonya aku jadikan sampul depan novelku: Cinta Retro.

Setelah aku hijrah ke mana-mana, tahun 1986 dapat SK balik Surabaya. Memimpin Antara Biro Surabaya. Mbak Marmi sempat gembira.

Sementara aku tolak SK itu. Ada pekerjaan yang belum selesai di biro lama yang aku pimpin. Mbak Marmi getun, walau akhirnya yo rapopo.

Hubungan tetap berlanjut. Beberapa kali masih bertemu. Termasuk pergi bareng berhaji. Aku bersama mama dan istriku. Mbak Marmi juga kenal baik dengan mama. Sebelumnya. Sejak lama sebelum haji itu. Sebelum aku kenal beliau. Bahkan mbak Marmi ikut merawat mama saat jatuh sakit di Tanah Suci.

Lain waktu, aku jumpa salah satu putri beliau. Oentari Suwandajani. Di tempat kerjaku yang baru. Ia jadi anak buahku. Sampai suatu ketika, kantor itu dilikuidasi. Surabaya Post.

Koran sore yang legendaris. Yang walau korannya sudah lama mati (2002), semangat eks karyawan tetap menggebu. Tetap bertemu, minimal setahun sekali. Reuni atau halal bihalal usai lebaran.

Terima kasih Mbak Marmi, matur nuwun Mas Wiyasin. Kali ini aku --yang jauh lebih muda-- tak berdaya sowan ke rumah. Itu sebab,  silaturahim siang itu aku rasa sangat istimewa. Itulah makna sebuah silaturahim.
(24:06:18)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar