Rabu, 06 Juni 2018

TOL LEBARAN, RAME-RAME INGIN MENCOBA?


SEPANJANG mata memandang, hamparan jalan beton masif yang kerap membuat bosan. "Untung" tak semata rata sehingga mobil sedikit terguncang. Paling tidak, tak membuat ngantuk dan tetap waspada.



YANG baru Lebaran 2018?
Apalagi kalau bukan tol panjang Jakarta-Surabaya. Bahkan sampai Pasuruan arah Probolinggo. Atau Pandaan arah Malang.

Yang konon tarifnya setengah juta. Dengan imingan nyaman berkendara tanpa hambatan. Maunya.

Sah-sah saja kalau kemudian banyak orang menyiapkan diri. Termasuk anakku yang hendak mudik Depok-Surabaya, bertiga anaknya. Yang aku larang. Kuanjurkan konvensional saja --pesawat atau kereta api.

Bukankah tol bebas hambatan? Benar! Dan itu pikiran banyak orang. Apalagi sudah tembus sampai Kota Pahlawan, tentu kasus Brebes Exit tak lagi terulang! In sya Allah.

Aku bayangkan, malah, jumlah yang lewat berlipat-lipat. Melebihi lebaran tahun lalu. Mereka lewat tol-tol baru. Terutama yang arah-arah timur. Panjang seolah tak berujung. Bisa menjemukan. Bisa membuat lupa.

Lupa ngaso. Ingatlah, rest areanya terbatas. Dan kecil. Lupa buka kaca untuk ganti oksigen dalam kabin mobil. Justru ini banyak orang yang ngga sadar. Lupa ngerem padahal lalu lintas sarat. Dan lupa berapa sisa tangki bahan bakar!

Padahal nyaris tak ada SPBU. Terutama di tol-tol baru-baru itu. Setidaknya, yang aku tahu --antara Kertosono-Waru. Juga Nganjuk-Kertosono. Mungkin begitu pula Ngawi-Nganjuk.

Jadi waspadalah. Teliti semua sebaik mungkin. Kehabisan bensin di tol, sumpah tersiksa. Apalagi tol baru. Panas, ngga ada pepohonan. Menunggu suplai yang mungkin cepat, mungkin lambat.

Dan ini perjalanan pertama Anda, kan? Tentu belum hafal situasi. Di mana pintu keluar, rest area, dan in sya Allah, SPBU tadi.

Kebetulan Aku beberapa kali melaju di tol Waru- Kertosono, bablas Nganjuk lewat jalan Propinsi yang goyang-goyang (tak) sedap.

Harus keluar sebab tol Kertosono-Nganjuk belum tersambung. Nganjuk-Ngawipun baru sambung sebagian. Entah yang Ngawi-Solo.

Lebaran nanti, konon nyambung --bung. Berbayar. Sepotong-sepotong saja yang gratis. Yang belum operasional penuh. Misalnya sebagian Ngawi-Nganjuk. Juga Nganjuk-Kertosono.

Nah... di yang gratis ini, tentu belum ada SPBU. Lha yang berbayar, seingat aku juga tak tampak SPBU. Dengan lain kata, Ngawi-Waru yang berjarak 200-an km boleh jadi tanpa SPBU. Mungkin, idem dito tol-tol baru lainnya.

Aman-aman saja kalau tidak macet. Makin merambat makin menyedot bahan bakar. Apalagi berhenti --yang tentu mesin jalan terus kan? Lama-lama bensinnya habis. Mesin pun berdiam diri. Greg!

Katanya, sih. Ada SPBU wira-wiri. Ke sana ke mari untuk layani yang kehabisan bensin. Mudah-mudahan armadanya mencukupi, mengimbangi yang kehabisan.

Tapi ada baiknya, waspada. Keluarlah dari tol sebelum tangki benar-benar kosong. Nanti masuk lagi. Repot? Yang penting selamat.

Dan ini tips meninggalkan Surabaya balik Jakarta. Tak banyak SPBU arah Bundaran Waru --ujung tol yang ke arah mana-mana itu.

Kalau Anda dari tengah kota (Tunjungan Plaza), mampirlah di SPBU Jl. Kayoon. Kalau dari Nginden, isi di Jl. Jemursari. Kalau dari arah Rungkut, singgah di Kawasan SIER. Dan dari arah Sidoarjo, masih sempat di kawasan Pepelegi.

Selamat berlebaran, selalu waspada di jalan. Berdoalah, Allah selalu berada di dekat kita, dan mendengar.

Alhamdulillah, anak-cucuku mudik pakai jalur konvensional. No tol, biarkan lain waktu saja. (06:06:18)

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10211188801905332&id=1516544459

Tidak ada komentar:

Posting Komentar