Senin, 18 Juni 2018

KAKI MELEMAH, 'BRAK', KENDARAAN DI DEPAN RINGSEK




MATAHARI baru saja terbit ketika sampai di perempatan Kertosono. Lampu merah menyala, dan kami pun berhenti. Di depan ada satu-satunya kendaraan, Daihatsu yang terlebih dahulu stop.

Nyala bangjonya --istilah Solo untuk traffic light-- menyala cukup lama. Bosanlah, bagi pejalan jauh. Kami dari arah Semarang, menuju Surabaya. Sejak pagi buta, dan belum meneguk kopi. Harapannya cepat-cepat sampai.

Aku yang duduk di samping pengemudi, terkejut. Tiba-tiba mobil kami menggelinding ke depan. Merayap, sebab tak terlalu cepat. Toh demikian, tidak ada kesempatan menarik rem tangan. Reflekku lambat, tangan hanya sampai ke tuas. Tidak sampai menariknya.

Tak ayal, kendaraan di depan terbentur. Persisnya tertabrak. Kendati benturan perlahan, namun Toyota VX yang besar itu, yang bempernya Off-roader itu, memporakporandakan pintu belakang Daihatsu.

Pengendara di depan kaget bukan kepalang. Apalagi sebelumnya, ia sempat menengok kaca spion. Melihat kendaraan yang datang dari belakang. Dan mbatin (ini bahasa Jawa, apa ya Indonesianya?), besar amat! Sejenak bergidik.

Persis benturan itu, tidak saja kaget. Segera ingin tahu nasib pantat kendaraannya. Tergesa membuka pintu. Dan 'brak!' Sepeda motor nyangkut di daun pintu. Akibatnya, ngga bisa ditutup sempurna.

Drama sejenak ini, segera aku selesaikan. Turun, dan minta maaf. Aku tanya hendak ke mana, ternyata sama: Surabaya. Aku usul, masuk bengkel di kota tujuan daripada di Kertosono. Deal, kami bertukar nomor HP dan KTP. Aman sampai di totok-magig Jl. Raya Gubeng.

INI PENYEBABNYA

Rupanya, teman aku --yang menggantikan aku mengemudi setengah jam yang lalu-- masih mengantuk. Terlebih terkena sinar mentari pagi.

Kendaraan kami bertransmisi otomatis. Ketika berhenti, sejenak apalagi lama, seharusnya posisi tuas berada di "N" (neutral).

Namun banyak yang tak hirau dengan ketentuan ini. Si teman aku, juga begitu. Ia membiarkan di posisi "D" (drive). Padahal, kami kerap berdebat masalah ini. Ia ngeyel. Aku rapopo.

Bagi yang kurang familiar dengan transmisi otomatis, dalam posisi "N", kendaraan tak kemana-mana walau digas. Saat parkir, kendaraan bisa didorong-dorong (tapi ada merek tertentu yang ogah ke posisi "N" saat engine-off). Sementara di posisi "D", lepas rem mobil jalan. Apalagi digas. Macam boom-boom car-lah!

Dan kejadian ini membuktikan. Ia hanya mengandalkan rem kaki supaya kendaraan tak bergerak maju. Dalam keadaan bosan (karena lampu hijau tidak segera menyala), kantuk yang tak tertahan, lemas karena puasa, dan kaki benar-benar kehilangan tenaga, itulah kunci masalahnya!

Ternyata banyak teman aku lainnya, yang melakukan hal serupa di pemberhentian traffic light. Mereka tidak sadar, kapan saja injakan kaki di tuas rem bisa melemah. Karena berbagai faktor. Mengantuk, melamun, sekejap tak sadar, atau bahkan dering telepon.

Usai kejadian, teman aku merasa bersalah. Membenarkan pendapatku. Ngga ngeyel lagi. Mudah-mudahan benar-benar sadar. Atau rasa terima kasihnya karena aku bisa menyelesaikan persoalan secepatnya. Sementara dia hanya tercenung di balik kemudi. Kasih tangan ke korban setelah semuanya selesai.

(20:06:18)
* Kejadian empat Ramadhan lampau.

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10211263365689380&id=1516544459

Tidak ada komentar:

Posting Komentar