Kamis, 06 Juli 2017

LANSIA SILATURAHIM SAAT ORANG SIBUK KERJA


Keterangan foto: Berlima di kediaman Ali Salim, diabadikan oleh "wartawan cilik" Sechan Harun, cucu pertama tuan rumah, yang saat ini masih duduk di kelas 7.


PERJALANAN sehari kemarin cukup melelahkan. Awalnya, kedatangan sohib Yamin Achmad dari Khalifah-10 --kelompok pengajian kami.

Silaturahim selepas Lebaran, itu istilah keren sekarang. Dulu kita menyebutnya unjung-unjung. Atau halal bihalal kalau dilakukan dalam kelompok besar. Apapun istilahnya, maksudnya ya bertemu itu.

Kami ngobrol di teras depan, memberi kesempatan tamu menghirup oksigen dan kesejukan pepohonan. Ia mengomentari hunianku sebagai rumah desa di tengah kota.

Kami tidak berlama-lama sebab sebelumnya sudah sepakat akan melanjutkan silaturahim ke teman yang lain,  Iwan Syafei. Di perjalanan, kami bertemu rekan Toto Sonata.

Alhamdulillah, tuan rumah ada di tempat. Pertemuan gayeng dengan jamuan kurma Tunisia, lumpia hangat, semboja, dan entah apa lagi. Tentunya secangkir kopi panas.

Kami sempat salat lohor bersama dengan imam si tuan rumah. Setelah salat itulah kami pergi lagi dengan memboyong si imam ke rumah sahabat lainnya, Ali Salim.

Setelah melalui lorong panjang dan sejumlah belokan, sampai juga di hunian Ali yang bergaya mediteranian lengkap dengan tiga pohon palmnya.

Kami diterima di teras belakang dengan halaman yang luas. Silaturahim kali ini penuh canda, ditemani dua penganan yang berwarna sama: hitam!

Yang satu berasal dari negeri barat, black forest --empuk, kaya rasa, ada potongan buah plum, lezatlah pokoknya.

Satunya lagi agak ndeso, madu-mongso sebesar bola bekel, dikemas plastik kaca dengan pengikat warna warni. Manis dan agak kenyal-kenyal.

Tuan rumah menawarkan kopi dan teh, tapi aku meminta air putih, dan habis tiga gelas. Biasanya di rumah Ali aku dibuatkan kopi Arab yang istimewa. Kali inilah aku menolak karena sudah ngopi Kim Teng di rumah, dan ngopi lagi di tempat Iwan.

Selepas ashar --aku ngga ikut karena tadi sudah aku jamak-- kami berlima cari makan ke Delta Plaza --cikal bakal pertokoan modern di Surabaya.

Kali ini tuan rumahnya Yamin Achmad yang beberapa menit sebelumnya mendapat kabar seseorang baru saja mengirim uang ke rekeningnya.

Toto Sonata memilih Chicken Gordon Blue tapi mengganti french fried-nya dengan nasi, Iwan lebih suka nasi goreng teri Medan setelah tahu Yamin memilih nasi goreng pete, dan Ali merasa terlalu banyak dengan porsi nasi cap jay pesanannya. Aku sendiri menikmati favoritku, mie goreng seafood.

Makan siang yang terlambat tak menghambat obrolan kami. Ada saja yang kami bahas, tak terbatas soal agama. Kebetulan kami berempat orang pers, hanya Iwan saja yang pengusaha namun sudah sejak lama dekat dengan wartawan.

Tidak terasa, saat kami melangkah meninggalkan cafe, jam mendekati magrib. Kami buru-buru pulang atau mencari masjid, sebab musholla di plaza itu kami rasa kurang nyaman.

Setengah hari kami manfaatkan The Power of Silaturahim, di tengah kesibukan orang-orang lain bekerja. Alhamdulillah itu bisa kami lakukan karena kami adalah "pensionman", laskar tak berguna di negeri jiran, atau bahasa sininya pensiunan.
(06:07:17)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar