Senin, 16 April 2018

KETIKA SYAITAN NGGA TERIMA


Keterangan Foto: Selalu ingat Allah, kau akan selamat. Ketika lengah, syaitan mengambil peran. Tak peduli kau hendak ke masjid...


KEMARIN temanku bertanya, "Mengapa selingkuhan koq lebih asyik dibanding dengan istri sendiri ya?" Suatu pertanyaan yang tak perlu dijawab sebab aku yakin dia asal ngomong...

Tapi kemudian akupun bertanya di dalam hati, "Iya... mengapa ya? Benarkah demikian? Jangan-jangan hanya alasan pembenar..."

Mari kita telaah. Selingkuh itu hubungan terlarang. Ngga boleh oleh Tuhan. Tapi syaitan suka menjerumuskan manusia. Itu sudah janjinya sejak dahulu.

Maka syaitan ikut berperan. Entah itu selaku pembisik, atau ikutan merangsang syahwat. Membuat manusia terkesima. Walau istrinya jauh lebih okay dari selingkuhnya.

Syaitan akan tepuk tangan jika misi berhasil. Lalu manusia berkilah, "Itu kan bujukan syaitan..."

Tentu si syaitan ngga terima. "Lho... kamu yang lakukan, kamu yang nikmati, koq aku yang disalahkan? Tugasku hanya menjerumuskanmu. Dosamu ya kamu yang tanggung... Fair kan?"

Namanya juga syaitan... Makanya jangan selingkuh, Jal! (16:04:18)


Siraman Rohani:

• MAKSIAT YANG DIAMPUNI

Ingin menzinahi wanita muda tanpa mengawini? Boleh-boleh saja asal itu terbatas keinginan. Bahkan membayangkan melakukan hubungan intim, sah-sah saja. Asal ya itu tadi, terbatas membayangkan.

Berdosakah? Ketika hal ini ditanyakan kepada Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, beliau menjawab, sebenarnya kalau hanya punya pikiran untuk bermaksiat, hal ini tidak dianggap sebagai suatu perbuatan dosa.

Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Allah memaafkan umatku jika hanya terlintas dalam dirinya, selama tidak diamalkan atau tidak dibicarakan. (HR. Abu Daud)

Ketika seseorang bertekad bermaksiat, namun ia berhasil menahannya semata-mata karena takut kepada Allah, maka yang seperti itu dicatat sebagai satu kebaikan yang sempurna.

Sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah mencatatnya sebagai kebaikan yang sempurna. Yang demikian itu disebut, ia telah meninggalkan maksiat karena Allah.

Sebaiknya seseorang yang ingin bermaksiat, sesegera  memalingkan diri dari pikiran demikian. Sebab kalau dibiarkan, bisa berkembang dan semakin parah, sehingga menjadi tekad  yang kuat yang akhirnya berujung pada amalan maksiat.

Kalau sudah demikian, yang bisa selamat hanyalah orang-orang yang memang diselamatkan oleh Allah.

Allahumma inna nas-aluka ‘ilman naafi’a. Ya Allah, kami memohon pada-Mu ilmu yang bermanfaat. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar