Rabu, 14 Februari 2018

MOBIL PRIBADI VS ONLINE



Keterangan foto: Nantinya mobil pribadi akan jadi barang koleksi, kenangan masa lalu seperti halnya pesawat telepon di rumah yang sudah sangat jarang dijamah.


SIAPA sih yang tak ingin punya mobil pribadi? Orang muda selalu mendambakannya. Terlebih saat awal-awalnya berkarier. Mobil selain menjadi kebutuhan, juga simbol status.

Namun bagi Mr. Praktis --yang lajang atau lansia-- tak harus demikian. Membeli mobil, dikatakannya, akan diikuti serangkaian kewajiban yang cukup banyak menyedot anggaran.

Begitu bayar mobil di showroom, sudah menghadang dua kewajiban membayar pajak: Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Pajak Kendaraan Bermotor.

Yang pertama jumlahnya sangat besar, sedang yang kedua lebih kecil tapi tetap terbilang jutaan. Semakin mewah kendaraan, apalagi makin besar isi silindernya, akan semakin besar pula pajak-pajak yang harus dibayar.

"Anda masih harus bayar asuransi wajib. Kalau ingin aman, beli pula asuransi all risk. Yang ini bisa berjuta-juta, tapi Anda tenang jika kendaraan hilang," ujar Mr. Praktis.

Selesaikah urusan? Nanti dulu. Jika Anda bos, atau malas mengemudi, harus mencari sopir --yang uang makan hariannya saja sudah Rp 125.000. Belum gaji bulanan, biasanya minta sesuai standar UMR, tiga setengah juta!

 Kalau rumah Anda kecil dan tak ada tempat untuk menyimpan mobil, harus sewa garasi, paling tidak Rp 500 ribu/ bulan. Jangan menaruh di pinggir jalan walau di depan rumah sendiri, sebab itu fasilitas umum!

Lalu... sediakan anggaran untuk servise mobil (ganti oli, cek mesin, setel mesin) tiga atau enam bulan sekali bergantung frekuensi pemakaian kendaraan. Kadang perlu beli onderdil.

Oya, jangan lupa beli bahan bakar ya. Rata-rata mobil sekarang butuh satu liter bahan bakar untuk 12 km perjalanan. Jika kendaraan harus berjalan merambat atau bahkan macet, pemakaian bahan bakar makin boros. Bisa 5 km saja per liternya.

Dan... ongkos parkir sekarang tidak murah lagi! Masuk mall bayar Rp 8 ribu, parkir zona Rp 5 ribu, parkir pinggir jalan Rp 3 ribu. Tapi yang girlan itu sekarang tiru-tiru parkir zona. Belum lagi kena parkir progresif. Atau parkir di hotel yang ditagih Rp 50K!

Jadi kalau Anda punya uang Rp 200 juta untuk sebuah sedan, paling tidak butuh Rp 90 juta untuk kebutuhan setahun ke depan.

Rinciannya, pajak BBN 20.000K; pajak PKB 7.500K; gaji sopir 42.000K; uang makan sopir 3.125K; sewa garasi 15.500K; BBM 2.326K; servis 500K dan parkir 550K . Banyak ya... hm... mulai mikir kan?


DEMI GENGSI?

Yuk kita ke taksi online --Grab, Uber, Go-car atau lainnya. Apapun pilihanmu, kita tak repot lagi dengan tetek bengek bayar pajak, asuransi, garasi, bensin, parkir, sopir, dan lainnya. Kita hanya berurusan dengan satu: ongkos transport!

Katakanlah dari rumahmu di ujung barat kota, dan kantormu di pusat, paling-paling ongkos cuma Rp 50K. Pergi pulang Rp 100K. Sebulan cuma Rp 2.500K, setahun Rp 30 juta. Masih perlu keluyuran? Okaylah anggaran bengkak jadi Rp 50 juta.

Masih lebih murah dibandingkan ongkos yang keluar jika beli mobil pribadi. Dan jangan lupa, uang Rp 200 juta yang ngga jadi untuk beli mobil, jika dibankkan bisa menghasilkan Rp 10 juta (bunga 5%/tahun).

Masih enggan pakai online? Karena mobil pribadi lebih gengsi? Ha-ha-ha, hari gini masih jaga gengsi? Hiduplah secara realistis. Jika anggaran pas-pasan, buat apa gengsi?

Katakanlah Anda sudah berlebih, kalau online lebih praktis mengapa bawa mobil pribadi? Pakailah sedanmu sekali-kali untuk rekreasi saja, semisal pergi ke luar kota.

Online adalah masa depan. Ada satu masa kelak, Gen-Z (yang sekarang masih anak-anak usia belasan ke bawah) tak lagi beli mobil karena online bersopir maupun tanpa sopir akan bertebaran. Kapan saja, di mana saja, transportasi akan mudah didapat.

Ketika masa itu tiba --aku yakin tak lama lagi-- segera kita paham peribahasa zaman doeloe: buat apa pelihara sapi jika hanya butuh susunya. Anda masih ragu? (14:02:17)

1 komentar:

  1. Sangat inspiratif. Kredo buat apa beli sapi kalo hanya butuh susunya, menarik... semenarik buat apa memelihara kambing, kalo hanya ingin makan sate.

    Thank you, Pak.

    BalasHapus