Selasa, 06 Februari 2018

KETIKA KAUM PRIA MBREBES MILI




MBREBES itu bahasa Jawa, artinya mata yang berkaca-kaca. Bisa karena terharu, tersentuh hati, atau sensitif akan sesuatu yang membuat trenyuh. Kalau ditambah "mili", maka tak sekadar berkaca-kaca, sudah jatuhlah air mata dari ujung-ujungnya. Namun belum masuk kategori menangis.

Nah... mbrebes mili inilah yang ingin aku bahas sekarang ini. Mengapa orang tiba-tiba mbrebes, bahkan mbrebes mili, ketika mengikuti kisah perjalanan Marce Marconna dalam novel Menggapai Surga.

Sejak semula sudah aku katakan, pada saat mengoreksi naskah itu, beberapa kali mbrebes mili. Padahal, itu tulisanku, yang aku tulis dalam keadaan fine-fine saja. Namun ya itu tadi, setiap membacanya kembali, aku terharu. Sampai-sampai aku terheran sambil bertanya, "Siapa kau sebenarnya, Marce? Kau terlalu masuk dalam kehidupan pribadiku..."

Awalnya aku berpikir, aku kelewat menghayati tokoh Marce Marconna --lajang umur 20-an, rambut sebahu, berwajah bening, cantik tentu saja, namun melankolis. Dalam kondisi digerogoti penyakit, ia mendapat bisikan untuk pergi umrah, walau sejatinya ia tak tahu apa yang harus diperbuat di Tanah Suci.

Dalam perjalanan itu ia berjumpa dengan Abdul Qaidir, pria muda sederhana yang berwawasan. Kedekatan keduanya terbangun lewat saling membutuhkan. Qaidir menjadi tempat bertanya, sementara Marce perlu perlindungan. Namun keduanya enggan dikatakan bercinta. Mereka punya alasan masing-masing.

Toh akhirnya Qaidir berkorban segala-galanya demi Marce Marconna. Gadis itupun sangat mengharapkan bantuan Qaidir hingga akhir hayatnya. Perjalanan mereka tak sia-sia, keduanya mendapatkan apa yang mereka cari.

Nah... dialog-dialog Marce - Qaidir ini yang membawa hati trenyuh. Belum lagi ketika Qaidir akhirnya berjumpa ayah bunda Marce untuk menceritakan hari-hari akhir putrinya. Tanpa terasa air mata meleleh --mbrebes mili.

BUKAN MONOPOLI

"Alhamdulillah... Sudah tamat baca novel Anda. Bagus... beberapa kali ikut berlinang air mata...," tulis Dahlan Iskan lewat Whatsapp. Mantan Menteri BUMN ini adalah orang pertama yang membaca Menggapai Surga karena ia aku minta kesediaannya menjadi pembicara kunci saat peluncuran novel kelimaku ini.

Hal serupa juga dikatakan Toto Sonata, wartawan sekaligus budayawan, yang bertindak sebagai pembahas pada acara yang sama. "Pada bagian tertentu, aku sempat berlinang air mata..."

Onny Argoyono malah berterus terang, ia mbrebes mili mengikuti jalan cerita ini. Ada bagian, katanya, yang mirip-mirip dengan perjalanan hidupnya. "Aku mbrebes mili membacanya... waktu anakku bertanya, 'mengapa?', aku katakan bacalah sendiri nanti..."

Dari pernyataan mereka, aku lega. Paling tidak, aku tidak sendirian lagi mbrebes mili. Sekaligus membuktikan kami bukan cengeng, namun kisah itulah yang membuat hati trenyuh. Membuat berlinang air mata, mbrebes mili.

Kalau kaum wanita yang mbrebes mili, wajarlah. Mereka lebih sensitif. Hampir semua teman wanita yang membaca Mengapai Surga, dan memberi komentar, mereka mengaku sempat mbrebes mili. Yulia di Padang, Anin Saleh di Bekasi, Aam Qomariah di Garut, Novie di Semarang, Tutty Mulia di Surabaya.

Itulah mbrebes mili. Ternyata tidak monopoli wanita saja, kaum pria pun bisa berlinang air mata. Mbrebes mili... (07:02:18)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar