Rabu, 08 Februari 2012

KAMBOJA ANDA DARI KUBURAN?


 
Langka. Perhatikan ujung kelopak bunga yang berwarna ungu.
Termasuk tanaman pelit, bunganya tak selalu ada.

Bunga Kuburan Jadi Hiasan Rumah?


Pohon kamboja menjadi tren di rumah-rumah baru. Berbagai jenis tanaman ini layak dikoleksi. Tapi hati-hati memilihnya, terutama pohon besar yang berusia puluhan tahun. Konon banyak tanaman di kuburan tiba-tiba raib. Jangan-jangan yang Anda beli berasal dari sana.

Awalnya, tak banyak orang yang suka pohon kamboja. Mereka menuding itu tanaman kubur. Tak pantas untuk ditanam di halaman rumah. Namun di depan rumahku, telanjur ada kamboja bali (bunga putih ujung bundar). Tingginya menyamai atap rumah, konon ditanam bersamaan rumah itu dibangun pada 1935.
Aku telanjur menyukai bunga-bunga kamboja. Maka mulailah koleksi pohon kamboja aku lakukan. Agar mempunyai kenangan, aku bertekad mendapatkannya dengan cara meminta pada pemiliknya. Bukan dengan membeli karena yang demikian itu tidak unik dan boros biaya.
Sasaran pertama adalah kamboja kuning kenanga di sebuah rumah di Jl. Dukuh Kupang, Surabaya Barat. Kebetulan pemiliknya tidak di tempat, hanya ada pembantu. Dengan sedikit merayu --itupun dilaku kan anak buahku-- dapatlah sepotong kamboja siap stek. Aku menanamnya di Omakayu, gubugku di kaki Welirang.
Potongan itu tumbuh subur, dan nantinya jadi indukan yang menghasilkan banyak pohon baru. Aku belum sempat mengucapkan terima kasih kepada pemiliknya --yang kemungkinan kesal juga setelah tahu ada batang kambojanya yang aku potong. Tapi percayalah, melalui tanganku kamboja itu akhirnya menyebar kemana-mana, aku berikan secara cuma-cuma.
Pencarian kedua aku lakukan di Jl Lombok. Kebetulan ada kamboja kuning muda yang pohonnya cukup besar. Aku berhenti di depan rumah dan ingin bertemu dengan pemiliknya. Rupanya si pemilik ogah menemui. Pembantunya bertanya perlu apa? Aku sampaikan maksudku, untuk meminta barang sepotong dahan untuk distek.
Ternyata permintaanku ditolak. Tentu dengan sedih aku tinggalkan rumah itu. Makin kuat tekadku untuk nantinya memberi gratis kepada orang-orang yang ingin mendapatkan kambojaku.
Pada suatu hari, aku berkesempatan ke Bali. Karena tahu di sana terdapat beragam kamboja, aku putuskan jalan darat. Aku siapkan sabit untuk mendapatkan batang-batang kambojaku.
Benar juga, aku mendapatkan kamboja putih kecil di Negara. Lalu merah di Seririt. Kuning muda (seperti yang di Jl Lombok) di Banjar. Putih dengan lipstik ungu di Kintamani. Kuning cempaka di Tampak siring. Susun sepuluh di Singaraja. Pancawarna di Ubud. Putih kecil tengah kuning di Denpasar. Dan masih banyak lagi.
Baru kali ini aku bawa pulang cenderamata berupa batang-batang kamboja. Sayangnya, saat me motong batang-batang itu, aku lupa tidak memberi tanda. Dan pengetahuanku waktu itu tak cukup untuk mengetahui batang tersebut dari bunga warna apa. Aku harus bersabar untuk mengetahui bunga dari batang-batang kamboja itu. Yang terpenting, aku tanam dulu. Ada yang cepat tumbuh, tapi tak sedikit yang lamb an.
Satu dua bulan aku tunggu. Satu dua tahun masih cukup sabar. Akhirnya, bunga pertama muncul. Kuning cempaka! Lalu merah. Kemudian pink. Dan seterusnya. Setiap kali kamboja berkuncup, hati harap-harap cemas. Wah... kuning cempaka lagi. Lagi-lagi kuning cempaka. Dan jenis ini yang dulu langka, ternyata mudah sekali pertumbuhannya.
Justru yang tumbuh lamban adalah putih berbibir ungu. Lama banget. Tak setiap tahun ia berbunga. Kalau pun bunga, pelit sekali. Juga kamboja pancawarna dan susun sepuluh. Cuma bedanya, begitu susun sepuluh berbunga, rajin sekali. Tak seperti pancawarna.
Sekarang, setiap sudut rumahku ada kamboja. Di kanan rumah ada kuning cempaka, kuning muda, susun sepuluh, pancawarna dan pink. Sedang di kiri ada merah, pancawarna, pink, kuning cempaka, dan pagoda. Di berm depan rumah ada pancawarna, merah, kuning cempaka, dan putih lipstik ungu. Dari semua itu, yang paling rajin berbunga merah dan kuning cempaka.
Aku dengan sedang hati memberi mereka yang menginginkan kambojaku. Aku yang membiakkan, orang lain yang merawatnya. Sama saja, dia dan aku sama-sama merawat bumi ini dengan tanaman, kali ini kamboja. Apalagi tren sekarang, kamboja bukan lagi pantangan di tanam di halaman rumah. Kuranglah lengkap sebuah rumah baru tanpa pohon kamboja.
Bahkan mereka berani membeli pohon besar seharga lima jutaan hanya untuk memenuhi kebutuhan elemen estetika halaman rumahnya. Sebaliknya, banyak kubur-kubur tua yang "kehilangan" pohon kambojanya. Dinaikkan truk dan dibawa ke kota, entah siapa yang pesan. Jangan-jangan... kamboja tua di rumah baru anda berasal dari sana? (Yuleng Ben Tallar)

4 komentar:

  1. Malam mas, ada tips tertentu ga yah dlm penanaman kamboja, diberi pupuk apa,ato gmn gt, saya tertarik ingin punya kamboja jadinya...^_^ terima kasih

    BalasHapus
  2. Malam mas, ada tips tertentu ga yah dlm penanaman kamboja, diberi pupuk apa,ato gmn gt, saya tertarik ingin punya kamboja jadinya...^_^ terima kasih

    BalasHapus
  3. wah coba rumahnya deket pak, saya samperin, pengen minta batang kambojanya.lagi pengen banget kamboja warna pink yg tengahnya ada kuning2nya.

    BalasHapus