Minggu, 03 Desember 2017

DR. ARIJANTO JONOSEWOJO


                           IN MEMORIAM

ARI yang aku kenal, dia orangnya baik... sangat baik. Kalau kebetulan Anda mengenalnya, boleh jadi setuju dengan pendapatku.

Ketika masih duduk di bangku SMPN 1 Pacar, Surabaya, dia suka bercanda, periang. Sejak kelas dua aku tak lagi bertemu dengannya, dan baru jumpa lagi tahun '70-an di rumah keluarga Tante Tumpuk (Raya Ketabang 3).

Dia lebih humble, serius bicara, dan penuh perhatian pada orang lain. Setelah masa itu --karena kesibukan masing-masing-- kami jarang bertemu.

Baru pada tahun 2000-an bertemu lagi --setelah aku pulang dari merantau--, dan aku baru tahu dia menikah dengan Eriana, temanku di SR Ambengan.

Hubungan kami sejak itu sangat dekat. Dia bercerita tentang proyek tanaman herbalnya. Malah kita bicara bagaimana kemungkinan mendokumentasikannya.

Suatu ketika, aku sakit demam berdarah dengan trombosit hanya 25.000! Ari yang menangani. Esoknya, trombositku tinggal 14.000 (normal 150.000-450.000).

Ari bicara dengan istriku. Dia katakan, tindakan kedokteran dalam kasus seperti ini lazimnya melalui transfusi. Namun dia kurang sreg. Ia khawatir muncul akibat negatif dari transfusi itu.

"Aku takut demam berdarahnya sembuh, tapi justru terkena penyakit lainnya sebagai efek samping dari transfusi itu," ujar Ari kepada Nunung, istriku.

Akhirnya mereka sepakat melakukan peningkatan trombosit melalui obat-obatan saja. Tentu istriku berperan pula melalui doa-doanya. Alhamdulillah... trombositku naik, dan aku selamat.

Yang aku hargai, Ari sebagai teman memberikan pilihan terbaik. Dan selama aku opname, Ari selalu nyambangi. Demikian pula Nana, istrinya. Aku merasa nyaman bersama mereka.

Pada saat Ari sakit dan opname di RS Premier, aku juga datang menjenguk. Aku senang melihat keadaan Ari ketika itu, sebab dia masih penuh semangat.

Namun aku prihatin ketika mendengar kondisi Ari yang sebenarnya dari seorang koleganya. Aku berdoa dia mendapatkan yang terbaik dari situasi tersebut.

Aku tidak menyangka, begitu cepat Ari pulang. Mungkin itu sudah takdirnya, semoga husnul khatimah dan ia mendapat tempat layak di sisi-Nya. Amin ya rabbal alamin.

Kisah terbaik ini aku sampaikan sebagai kenangan akan teman kita tercinta dr. Arijanto Jonosewojo, Sp.PD.

Selamat jalan kawan, suatu saat kamipun akan pulang ke Rahmatullah (03:12:17)

4 komentar:

  1. Kakakku tercinta,bukan sekedar sebagai kakak,bahkan sebagai ayah,yg pasti baktinya sebagai anak mengurus ibu adalah luar biasa,kehilangan yg luar biasa buat keluarga,semoga Allah memberikan tempat terbaik utk almarhum

    BalasHapus
  2. Dokter yg sangat baik dan tulus. Beliau seorang dokter teladan. dokter yg sangat komunikatif dan sll mengedukasi pasien2nya.. salah satu pengalaman kami saat papa kena serangan jantung yg pertama ditengah kebimbangan kami, kami sangat terbantu dgn solusi2 beliau dan alhamdulillah dgn ijin Allah sampai sekarang papa dlm kondisi stabil. Terima kasih dok kebaikan2mu akan senantiasa menginspirasi kami. Insyaallah khusnul khotimah dok.. Al Fatihah

    BalasHapus
  3. Kondisi yg sebenarnya sakit apa ya pak Tallar?

    BalasHapus
  4. Beliau orng yg baik dan sll menghargai sesama ...slmt jalan smg kusnul kotimah....

    BalasHapus